twitter

Aku kikuk. Seperti tulang yang sengaja dibuat remuk. Di pagi yang cerah dan beratapkan langit biru indah, kudapati badai yang bertiup kencang menerobos gumpalan awan. Kupikir itu angin biasa, namun tiupannya hanya agak keras terasa. Tapi ternyata, itu badai yang sangat mungkin menghancurkan semua yang ada. Ya... Semua yang telah dibangun dan dijaga. Aku masih berharap, agar apa yang kurasa dan kulihat adalah sebentuk ungkapan cinta penuh makna. Namun, adakah sepadan kata yang dapat kumaknai itu cinta? Tak ada. Badai terus saja menghembuskan angin perusaknya hingga aku nyaris terjatuh. Aku tetap berusaha keras berdiri menahan tubuh berkuyup peluh.


Gambar diambil di sini

Sekali waktu hatiku bimbang, haruskah kulepaskan tangan ini dari pegangan? Agar aku bisa mencari tempat nyaman. Percuma saja, sebelum badai berhenti, aku tak mungkin bisa menuju singgasana nyaman, pasti. Badai akan membawaku sesuai inginnya, sekehendaknya, kemana ia suka. Aku tidak mau tujuanku diubah. Aku hanya ingin tetap tiba "di sana" dengan wajah cerah. Karena aku tahu, Dia telah menungguku.

Dan aku akan tetap berpegang kuat pada tiang yang telah terpancang. Tentu saja, agar aku tdk terbawa badai.
Dia,,, ah,,, Ia selalu saja punya cara agar aku tidak menjauh sedetik pun dari-Nya. Kupahami itu melalui sejumlah surat cinta-Nya. Dan kata-kata-Nya senantiasa terekam indah dalam ranah pikirku, menenteramkan jiwa.
Selasa, April 23, 2013 | 0 comments |