twitter



Bismillaahirrahmanirrahiim.

Sebelum saya menulis lebih jauh, saya akan sedikit menjelaskan isi tulisan saya. Sekilas mengapa saya memilih judul di atas, tidak lain dan tidak bukan karena keputusan dan pilihan. Ya, jika saja saya memutuskan untuk tidak menjadi salah satu dari pendamping stan di pameran Taiwan Higher Education Fair, maka sudah tentu ini tulisan juga tidak akan ada. Saat memutuskan bersedia, itu berarti bahwa saya harus siap menjalani pilihan karena pilihan saya itu adalah sebuah tanggung jawab, harus saya jalani karena resiko dari keputusan saya, harus saya jalani karena bisa jadi ini adalah sarana untuk sampai pada cita-cita, dan boleh jadi karena memang hanya saya yang dituntut untuk bisa melakukannya dengan baik.



Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi penulis saat menjadi pendamping salah satu stan Taiwan Higher Education Fair. Tulisan ini tergolong bacaan yang lumayan panjang jika Anda ingin membacanya habis dalam sekali baca. Opsi yang saya tawarkan, jika Anda sibuk, silahkan Anda save terlebih dahulu ini tulisan, lalu Anda baca di rumah atau ketika Anda memiliki waktu luang. Opsi lainnya, silahkan baca HABIS sekali baca bagi Anda yang memang memiliki cukup waktu. Meskipun tulisan ini semacam curhat pribadi, namun insya Allah ada banyak hal yang bisa diambil sebagai pelajaran dalam hidup. Baiklah, selamat membaca!



DAPAT KEPERCAYAAN LAGI, ALHAMDULILLAH YA... ^^

1 Oktober 2011 lalu, tepatnya hari Sabtu, kembali digelar Taiwan Higher Education Fair (THE Fair) yang ke dua kalinya di Indonesia. Acara ini diselenggarakan oleh Komisi Beasiswa Aceh (KBA) dan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang berlangsung 1 hari saja dimulai pukul 09.00-16.00 WIB. THE Fair merupakan acara pameran pendidikan tinggi Taiwan yang juga menawarkan beasiswa dari berbagai universitas ternama di Bumi Formosa itu. Event terbesar ini hanya diselenggarakan di Kota Banda Aceh yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Yogyakarta yang berlangsung tanggal 3 Oktober 2011 di Universitas Gajah Mada, dan di Surabaya yang dilangsungkan tanggal 6 Oktober 2011 di Tunjungan Plaza. THE Fair akan menjadi agenda tahunan. Jadi, dapat dipastikan tahun depan (2012) KBA dan Unsyiah kembali akan menggelar event serupa untuk membuka lebar peluang mahasiswa Aceh yang ingin melanjutkan studi di Taiwan.



Pada teknis pelaksanaannya, THE Fair dibantu oleh mahasiswa/i Unsyiah yang diposisikan sebagai booth-companion (istilah lain untuk menyebut “pendamping atau helper atau lebih tepatnya penyambung lidah” para Taiwanese yang akan mempromosikan universitas/institusi mereka kepada pengunjung). Para booth-companion ini dipilih melalui interview bahasa inggris yang dilangsungkan di KBA. Tahun lalu, saya juga menjadi bagian dari event ini. Jadi, tidak terlalu sulit bagi saya untuk membayangkan kondisi stan atau teknis tugas yang harus saya lakukan.



Closing statement yang ingin saya sampaikan disini, jika kita bisa bekerja dengan baik, maka orang lain akan melirik dan punya pertimbangan tertentu untuk memberikan kita kepercayaan yang lebih besar.



LAST YEAR THE Fair

Sedikit tidaknya, saya teringat dengan kisah interview tahun lalu. Sister Zz bertugas interview personal & kepribadian dan sister Famel kebagian jatah untuk interview wawasan. Saya diberitahu sorenya bahwa kami akan diwawancara besok jam 10.00. Malamnya, mulailah saya menginterview Paman Google terkait semua informasi tentang Taiwan. Masih teringat jelas di benak saya ketika pertanyaan, “What do you know about Taiwan?” itu muncul dari mulut sister Famel. Alhamdulillah, saya bisa menjelaskan dengan baik. Tentang objek wisata Kenting Park, lalu beberapa hal penting lain tentang Taiwan yang akhirnya membuat saya ditempatkan sebagai booth-companion universitas nomor 2 di Taiwan, National Tsing Hua University (NTHU).



Sebenarnya, besar harapan saya untuk bisa bertemu dengan teman-teman dari NTHU di THE Fair tahun ini (meskipun dengan orang yang berbeda). Unfortunately, tahun ini mereka tidak ikut berpartisipasi. Saya berasumsi bahwa mereka tidak ikut berpartisipasi dikarenakan ketidaknyamanan tahun lalu atau mungkin pelayanan saya yang kurang maksimal. Tahun lalu, NTHU mendapatkan tempat di lantai 2 Gedung AAC & berhadapan langsung dengan sinar matahari. Juga dengan AC yang saya rasa kurang bekerja dengan baik. Panas luar biasa, Peggy dan Vicky (staf dari NTHU) mengipas diri hampir setiap saat. Hipotesis saya ini didukung oleh statement Kak zz yang juga mengalami hal yang sama saat menjadi booth-companion universitas nomor 1 di Taiwan, National Taiwan University (NTU).



Karena merasa bersalah atas pelayanan dan ketidaknyaman mereka tahun lalu, berkali-kali saya meng-email Peggy dan meminta maaf (melalui akun jejaring sosial) atas segala kekurangan. Namun, Peggy justru tidak mempermasalahkan itu. Ia berterima kasih berkali-kali atas bantuan dan kerja keras panitia.



Sebagai penutup di bagian ini, saya ingin utarakan bahwa saat kita telah mengetahui bahwa kita akan menghadapi ujian, maka pepatah yang tepat adalah, “Sedia payung sebelum hujan”. Tak perlulah saya jelaskan detail maksudnya.



THE 2ND THE FAIR

Pada THE Fair yang ke dua ini, saya dipercayakan untuk menjadi booth-companion Academia Sinica (berikutnya saya akan menyebutnya AS Academia Sinica). Academia Sinica adalah sebuah lembaga riset yang terbesar dan ternama di Taiwan (semacam LIPI-nya Taiwan-lah...). AS terletak di Taipei dan berada di sekitar universitas ternama, seperti National Taiwan university.



Saat yang paling saya suka dan senangi adalah saat menyambut tamu dan memperkenalkan diri bahwa saya yang akan membantu mereka. Kebayangkan, seru aja jumpa dengan orang yang belum kita kenal sama sekali, cari sana - cari sini. Awalnya saya bingung, karena tidak semua stan sudah tertempel namanya. Akan saya tempatkan dimana perwakilan Office Of International Affairs dari ACADEMIA SINICA nantinya. Saya memutuskan untuk berdiri di sebelah kiri pintu masuk (bagian dalam) agar bisa menemukan dengan cepat partner saya. Dan alhamdulillah, setelah sekian lama menunggu, saya tetap tidak menjumpai. Jadilah saya berkeliling mencari-cari Taiwanese yang di nametag-nya tertulis “ACADEMIA SINICA”. Aha... akhirnya saya melihat tulisan ACADEMIA SINICA yang ditulis besar dan bercetak tebal. Saya pun mengejar seorang laki-laki yang namanya saya tidak tahu siapa karena alat bantu melihat saya yang sudah lama patah & juga jarak pandang yang lumayan jauh.



Setelah mendekat, saya memperkenalkan diri beserta tugas saya. James, utusan Office Of International Affairs AS, menyambut saya dengan sangat senang. Dalam keadaan bingung, saya mengajak James ke salah satu stan yang masih belum ditempati oleh yang lain dan belum terdapat tanda-tanda kalau ini stan instansi lain. Setelah mengeluarkan beberapa properti, Taiwanese yang berada tepat di sebelah kami (dari Asia University), meminta agar James berkenan tukar posisi. Saya tidak tahu alasannya karena memang saya sama sekali tidak mengerti Mandarin. James pasrah saja, namun Taiwanese dari Asia Univ membantu James memindahkan propertinya ke stan yang satunya.



James sangat menghargai apa yang saya kerjakan, berbagai properti diizinkan saya pasang sendiri. Beberapa ide pemasangan brosur dan poster di stan ini murni ide saya, dan James mempersilahkan saya dengan senang hati untuk berkreasi sesuka saya (hehehe... yes, yes, yes). Beberapa poster memang sengaja ditempel tinggi agar dapat terlihat dari jauh. Karena tubuh saya tidak cukup tinggi, akhirnya James geleng-geleng, tertawa kecil dengan guraunya, “Let me help you. I’m higher than you” lalu datang membantu. Hasilnya, eng... ing... eng... Penuhlah stan kami dengan tempelan poster dan brosur Academia Sinica, bahkan hingga di taplak meja :D.



Ok, setelah semua properti selesai dipasang, atas instruksi dari panitia, saya meminta James masuk ke eventhall AAC untuk mengikuti Opening Ceremony. Karena saya yakin, James belum tahu pasti dimana tempatnya, saya mengantarnya hingga ke kursi dimana ia duduk di dalam eventhall. James berterima kasih berkali-kali. Saya jadi ingat dengan apa yang dikatakan dosen pembimbing saya (tepatnya dosen dari Jurusan Fisika), “Jika ada seseorang yang menanyakan alamat padamu, maka antarlah ia sampai ke tempat tujuannya, jangan hanya menunjuk jalan saja, apalagi dengan mengatakan, belok kiri, terus lurus, lalu belok kanan dst. Jika kamu telah menolongnya, maka sesungguhnya kamu telah menyelamatkan dirimu sendiri”.



Karena dari AS hanya James seorang saje yang hadir, saya memutuskan utk tetap berada di stan Academia Sinica. Khawatir, brosur akan hilang. Meskipun sebenarnya pasti gak ada yang berminat (secara, cuma stan AS yang gak nyediain souvenir, hehehe...). Setelah OC selesai, kembalilah James menemani saya yang sedari tadi sendiri saja melayani pengunjung. Karena sibuknya memaparkan informasi tentang AS, saya nyaris lupa mengingatkan James untuk lunch. Hampir setiap saat saya melihat arloji, khawatir waktu lunch sudah tiba dan saya lupa memberi tahu James. Meski tanpa souvenir, pengunjung stan AS tergolong sangat ramai. Kami yang hanya berdua saja, terkadang kelabakan melayani pertanyaan pengunjung. James sangat ramah. Tidak, bukan karena dia harus menjelaskan semua informasi dari lembaganya, namun saya melihat sifat James yang lebih dulu menegur pengunjung menjadi sangat berpengaruh pada keramaian stan (ilmu baru dari James, jangan menunggu pengunjung nyamperin kita, tetapi langsung saja tegur pengujung, kalau mereka gak mau mampir artinya mereka sombong, mau gak mau, karena gak enak sama yang negur, pengunjung pasti mampir, jadinya stan AS selalu rame sampe kami gak sempat duduk, hehehe...). Dan satu hal yang saya yakin bahwa, setiap universitas atau lembaga/institusi apapun yang ambil bagian dalan event besar tahunan itu, tentu tidak sembarang mengirim delegasi mereka. Pastilah mereka yang didatangkan itu telah lulus seleksi dan merekalah yang terbaik. Jadi, sebuah tanda tanya besar muncul di benak saya jika ada yang mengatakan mereka yang datang itu sama sekali tidak ber-attitude baik dengan helper-nya dsb. How come?



Inna ma’al ‘ushri yusra

Tiba saatnya makan siang. Saat saya mempersilahkan James makan siang duluan, dia justru mengajak saya makan bersama juga. (Mungkin kasian, lihat saya berkoar-koar dari tadi, tapi belum makan bahkan untuk minum seteguk air pun, belum sama sekali, kasian... Saya kira panitia lupa mengantarkan air ke stan saya, karena saya lihat beberapa panitia bawa kotak yang saya yakin isinya kue, dan kardus berisi botol-botol AQUA kecil. Namun, stan saya dilewati begitu saja. Mungkin karena mereka telah melihat sudah ada kotak kue dan botol air mineral yang sama di meja stan saya. Padahal itu murni milik James). Setelah menjelaskn bahwa, jika saya ikut makan, maka tidak ada yang akan memberi informasi kepada pengunjung, akhirnya James mengerti dan kembali saya mengantarnya ke ruang VIP (sebenarnya sich, memang aturan dari panitia agar booth companion mengingatkan waktu lunch mereka & kapan mereka harus kembali untuk gantian makan).



Waktu lunch untuk James sudah habis sebenarnya. Namun, saya sangat segan memanggil James untuk kembali ke booth. Teman-teman yang lain pun akhirnya menjemput saya, mengajak sholat dan makan bersama. Karena James belum kembali, maka saya tidak akan meninggalkan booth dan mempersilahkan teman-teman untuk duluan saja. Akhirnya, setelah menunggu beberapa saat, James pun kembali dan saya mohon izin untuk shalat dan makan selama 30 menit. James agak kaget, mungkin 30 menit itu kelamaan kali ya. Meskipun saya menyusul, saya sempat makan siang bareng teman-teman juga dan begitu selesai langsung kembali ke AAC. Salah satu dari teman saya bertanya mengapa saya cepat banget baliknya, tadi dia (James) kan lama? “Saya sudah janji dengan James, maksimal waktu sholat + waktu makan yang akan saya gunakan = 30 menit. Jika saya bisa lebih cepat dari itu, saya akan kembali secepatnya”, saya menanggapi.



“Hi james!” saya menyapanya di tengah kerumunan pengunjung. James agak terkejut melihat saya kembali sebelum 30 menit. “You said that you’ll be back after 30 minutes”, katanya. “That’s maximum time that I need James. If I can finish before 30 minutes, I’ll be back ASAP”, saya menanggapi. “Oh,,, thank you very much Yuyun”, balas James tersenyum.



Brosur yg tersedia di stan kami mulai habis. Hanya tinggal beberapa brosur sebagai pegangan kami untuk menjelaskan kalau-kalau masih ada pengunjung yang hadir. Krn pengunjung sudah mulai sepi, saya berbincang ringan dengan james. Tanpa ditanya saya menceritakan apa yang saya tahu tentang AS & memintanya untuk mengoreksi jika ada yang salah. Termasuk jumlah nobel, nobel apa saja, dan siapa saja peraih nobel dari AS. James tertegun. Mungkin agak terkejut. Tiba-tiba ia membungkuk dan mengambil tas jinjing kecil yang di luarnya tertulis ACADEMIA SINICA. “A thousand grateful for helping me today”, ujarnya. Tas tersebut penuh dengan berbagai souvenir. Saya dihadiahi USB 8 GB, tas jinjing dari kain, 1 DVD tentang AS, dan 1 DVD tentang TIGP (Taiwan International Graduate Program).



Saya sendiri tidak pernah menyangka akan mendapatkan souvenir dari stan yang tidak menyediakan souvenir sama sekali. Kesannya lebih istimewa sich, soalnya para pengunjung lain gak ada yang dapat, jadi gak mungkin ada yang punya souvenir sama dengan saya, hehehe... Saya juga baru tahu bahwa di Academia Sinica, bagi lulusan S1 yang lulus cumlaude, memiliki kemampuan bahasa inggris yang baik, ditunjukkan dengan nilai TOEFL yang bagus, memiliki study plan yang jelas, dan ingin melanjutkan studi S3, maka ia berkesempatan melanjutkan studi disana tanpa harus menyelesaikan master terlebih dahulu. Bayangkan, S3 tanpa harus S2 dulu, keren banget kan?

Satu kejutan lagi yang tidak pernah saya sangka, James menawarkan saya untuk mengerjakan riset Tugas Akhir saya di AS selama 2 bulan (ini bukan program internship). James serius akan membicarakan ini dengan salah satu profesor disana (James langsung mengakses internet dan menunjukkan foto sang profesor saat itu juga). Sudah 3 kali saya terima email dari James. Ia meminta agar saya segera menyelesaikan proposal saya (dalam bahasa inggris tentunya) beserta motivation statement juga recommendation sebagai berkas yang akan disampaikan kepada salah satu profesor disana. Saya sendiri, belum menjawab “iya, saya bersedia” secara pasti. Namun, saya hanya mengatakan, “Ok, I’ll try to talk to my supervisor first. I’ll inform you later. Thank you very much for the chance, James”.



Sebagai closing dari bagian ini, saya akan menyampaikan bebrapa hal yang patut kita perhatikan. Sehari bersama James, di event yang sangat bermanfaat ini, ada banyak pelajaran yang saya dapat. Pelajaran yang sangat saya rasakan secara pribadi dan juga saya tekankan untuk kita semua di sini, jika menolong, jaganlah sekali-kali mengaharapkan imbalan. Menolong karena Allah, imbalannya jauh lebih indah karena pada dasarnya ketika kita berbuat baik pada orang lain, saat itulah kita berbuat baik untuk diri kita sendiri. Lalu, berpikir positif terhadap orang lain juga sangat diperlukan. Orang-orang yang berpikir positif senantiasa akan mengeluarkan energi positif setiap saatnya. Orang yang berpikir positif akan memiliki banyak teman dan tidak akan stress karena mengganti pikiran pesimis menjadi optimis.



Saat Perpisahan

Setelah saling berbagi cerita, tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat. Saatnya James dan Taiwanese lainnya kembali ke hotel. Besoknya, pagi-pagi mereka akan berangkat ke Yogyakarta untuk event yang sama. Setelah bantu beres-beres, saya minta izin, untuk menghampiri teman saya di Chung Hua University. Berbincang dan sempat berpose sejenak. Lalu saya kembali lagi ke stan AS.

Dan tahukah Anda apa yang terjadi? James hilang, sedih banget karena belum pamitan. Saya mencoba mencari-cari dimana James berada. Setelah berkeliling beberapa saat, saya melihatnya di pintu masuk dan langsung menghampirinya untuk pamitan sebagai bentuk salam perpisahan.



Tiba-tiba, salah satu mahasiswa (kakak angkatan) di Jurusan saya (yang juga telah menyelesaikan studi S2-nya di Taiwan) nyeletuk, “Mau diantarin sampe ke hotel ya?”. Mungkin karena memperhatikan ketika saya mendapatkan James, saya kembali berbicara kepadanya. Jujur saja, saya ingin melakukan hal-hal kecil yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh orang lain. Sama halnya, seperti masuk surga. Kita tidak tau kebaikan mana yang akan membawa kita ke surga-Nya kelak. Begitu juga, kita tidak tahu, kebaikan kita yang mana yang akan sangat diingat oleh orang lain (itu alasannya, mudah-mudahan terjawab bagi yang bertanya).



THANKS TO THE COMMITTEES

Sadar atau tidak, THE Fair 2010 atau 2011 tidak mungkin terselenggara jika tidak ada panitia yang bekerja di belakang layar. Saya paham betul bagaimana susahnya menjadi “pemain behind the scene”. Meskipun ada beberapa booth companion yang kurang puas dengan segala prosesi jalannya pameran akbar sehari itu, harus diketahui bahwa itu hanyalah sebagian kecil dari masalah dan bisa dikatakan masalah kecil jika dibanding dengan masalah yang dihadapi oleh tim inti dalam persiapan awal. Tentu tidak mudah menjalin komunikasi dengan 28 institusi di Taiwan, bahkan lebih mungkin. Untuk itu dalam kesempatan ini, saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya bagi panitia inti yang telah bekerja begitu luar biasa hingga semua planning bisa dijalankan, meski dengan kekurangan di sana-sini. Ke depan, jika memang masih mungkin dan masih diberikan kepercayaan, kita akan terus berbenah dari kekurangan-kekurangan yang pernah terjadi. Yang pasti, overall, I enjoyed my position as Academia Sinica booth companion.



Saya sadar sepenuhnya, tulisan ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan saya tulisan ini mendapat kritik dari siapapun yang membacanya. Tolong saya diluruskan jika ada hal-hal yang kurang berkenan dalam tulisan. Kritikan dan saran yang masuk kepada saya merupakan bentuk perhatian luar biasa untuk perbaikan ke depan. Terima kasih.





Wassalam,

Khairun Amala
Rabu, November 09, 2011 | 0 comments |